Sabtu, 08 Desember 2012

Anak Rantau Jadilah Mahasiswa Sejati

MAHASISWA telah menggoreskan tinta emas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor dalam setiap perubahan. Keberadaan mahasiswa di tanah air, terutama sejak awal abad ke dua puluh, dilihat tidak saja dari segi eksistensi mereka sebagai sebuah kelas sosial terpelajar yang akan mengisi peran-peran strategis dalam masyarakat. Tetapi, lebih dari itu mereka telah terlibat aktif dalam gerakan perubahan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa  Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia.  Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi ‘perlawanan’ dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan.
Sepintas uraian di atas merupakan sejarah para mahasiswa tempo dulu atau cerita para sesepuh Anda yang telah lebih dulu menyandang status ‘mahasiswa’. Mereka (mahasiswa tempo dulu) telah menggoreskan kegagahan serta keberanian mereka karena kesadaran menyandang status ‘mahasiswa’. Lantas bagaimana dengan kita, mahasiswa yang banyak berasal dari rantau? Adakah kesadaran itu? Atau hanya sekedar kuliah, kantin, kos, kongkow-kongkow? Mau dibawa kemana esensi ‘mahasiswa’ yang Anda sandang, Anda yang menentukan. Tapi satu hal yang mesti diingat para ‘mahasiswa rantau’ ialah wajah kedua orang tua di kampung halaman yang menanti keberhasilan anaknya.
Jadilah seorang ‘mahasiswa sejati’ yang menjiwai nilai kemahasiswaan,
tidak sekedar kuliah orang kuliah awak
Saya sebagai penulis hanya akan memberi pemahaman. Jadilah seorang ‘mahasiswa sejati’ yang menjiwai nilai kemahasiswaan, tidak sekedar kuliah orang kuliah awak. Apa yang mesti dilakukan? Pertama sekali yang harus dilakukan menumbuhkan kesadaran pentingnya menjadi mahasiswa. Peran dan fungsi selama menyandang status mahasiswa. Menjalankan apa yang mesti dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab moral sebagai mahasiswa.
Untuk lebih menyadarkan, lihatlah kisah inspirasi sejarah para mahasiswa tempo dulu, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka, Natsir, Muhammad Yamin, Sugondo Joyopuspito, Lafran Pane, Nurcholis Madjid, Akbar Tanjung, Anas Urbaningrum dan lain-lain. Mereka semua mahasiswa rantau namun mampu mengukir sejarah. Immanuel Kant pernah berkata, sejarah bukanlah sesuatu yang terjadi, tapi sesuatu yang terjadi dan memiliki arti.
Mereka sadar tugasnya tak saja mesti menyelesaikan tugas akademik di kampus, namun juga mesti menyelesaikan problem sosial kemasyarakatan yang jauh lebih rumit daripada belajar. Keseimbangan teori dan praktik setidaknya membentuk pemahaman yang utuh. Teori tanpa praktik adalah omong kosong, dan praktik tanpa teori dikhawatirkan akan asal-asalan.
Tak dipungkiri dalam kehidupan kemahasiswaan terdapat berbagai karakter mahasiswa yang menghiasi perannya. Ada yang cenderung oportunis, berpolitik praktis, bertaktik, acuh tak acuh, berlandasan, dan idealis.
Agar menjadi mahasiswa rantau yang sejati dan tak mengecewakan orang tua, sebaiknya: prestasi akademik baik, basic organisasi kuat, santun bertingkah cerdas berpikir, mampu mengatur waktu, dan mampu menuangkan pokok pikiran dalam tulisan.