|
Tugu Proklamasi 15 Agustus 1945 di
perempatan Jl Siliwangi Cirebon
|
Tidak banyak yang tahu apa makna dari sebuah tugu berwarna putih yang tegak
berdiri di dekat Alun-Alun Kejaksan Cirebon, tepatnya di perempatan antara
Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi. Bertahun-tahun tugu tersebut berdiri tegak
dan membisu tanpa menyampaikan makna apapun.
Reruntuhan Kota Hiroshima setelah ledakan
Bom Atom 1945
|
67 tahun yang lalu
tepatnya tanggal 14 Agustus 1945, radio BBC menyiarkan sebuah berita yang
sangat penting, yaitu kekalahan Jepang akibat dihancurkannya Kota Nagasaki dan
Hiroshima oleh bom atom milik sekutu. Berita dari stasiun radio yang diharamkan
oleh pemerintahan jepang tersebut terdengar juga oleh telinga Sutan Sjahrir
(Bung Sjahrir), seorang tokoh pergerakan. Sjahrir menyuruh Subadio Sastrosatomo
untuk menyampaikan kabar menggembirakan tersebut kebeberapa rekan pergerakan
lainnya termasuk kepada Dr Soedarsono di Cirebon. Saat itu Dr Soedarsono
menjabat sebagai kepala RS Gunung Djati Cirebon.
Bagi Sjahrir,
momen ini sangatlah penting bagi rakyat Indonesia untuk menyatakan
kemerdekaannya. Sjahrir berkeinginan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia secepatnya, karena ia khawatir jika kemerdekaan diproklamasikan
setelah melewati tanggal 15 Agustus 1945, kemerdekaan tersebut akan dianggap
sebagai hadiah pemberian dari Jepang. Anggapan seperti ini dapat saja muncul,
karena pada saat itu Bung Karno dan Bung Hatta sedang berada di Dalat, Saigon
(Vietnam). Untuk menemui Marsekal Terauchi, dalam rangka pembahasan pemberian
kemerdekaan Indonesia dari Jepang.
|
Sjahrir, Soekarno dan
Hatta
|
Pada Pertengahan
hari tanggal 14 Agustus 1945, saat Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke tanah
air. Sjahrir menyampaikan pentingnya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Namun keinginan itu di tolak oleh kedua tokoh tersebut. Bagi Bung
Karno dan Bung Hatta proklamasi kemerdekaan haruslah tetap melalui PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang sudah dibentuk. Saat itu PPKI
memang sudah berencana menggelar sidang pada tanggal 25 Agustus 1945. gelagat
menyerahnya Jepang pada sekutu juga sudah terdengar oleh Bung Hatta saat berada
di Dalat, karena itu mereka juga berencana mempercepat sidang PPKI dan mengecek
kebenaran berita dari Sjahrir keesokan harinya ke Gunseikanbu (markas tentara
Jepang), yaitu pada tanggal 15 Agustus 1945. keputusan ini membuat Sjahrir
kecewa, harapannya pupus untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan agar tidak
terkesan sebagai hadiah dari Jepang.
Pada tanggal 15
Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta mendapati Gunseikanbu dalam keadaan
kosong, merekapun menuju rumah Marsekal Meyda. Dari sikap Meyda merekapun
mengambil kesimpulan bahwa berita yang disampaikan oleh Sjahrir adalah benar.
Dalam perjalanan pulang, Bung Hatta mengusulkan agar sidang PPKI digelar pada
tanggal 16 Agustus 1945 dan usulan ini disetujui oleh Bung Karno. Melalui Mr.
Soebardjo rencana ini segera disampaikan kepada seluruh anggota PPKI yang saat
itu sudah berada di Hotel Des Indes Jakarta.
|
Suasana Sidang PPKI menjelang kemerdekaan
|
Pada sore
harinya kakak beradik Soebadio Sastrosatomo dan Subianto mendatangi kediaman
Bung Hatta. Mereka mencoba mempengaruhi agar sidang PPKI pada tanggal 16
Agustus 1945 ditiadakan dan meminta Bung Karno atas nama Rakyat Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan melalui corong radio. Permintaan tersebut ditolak
oleh Bung Hatta hingga terjadi perselisihan diantara mereka. Kejadian inilah
yang memicu terjadinya peristiwa Rengas Dengklok, di mana para pemuda menculik
Bung Karno dan Bung Hatta ke luar dari Jakarta, untuk menekan kedua tokoh
tersebut segera memproklamirkan kemerdekaan.
Malam harinya
Soebadio Sastrosatomo melaporkan hasil tugasnya menyebarluaskan berita
kekalahan jepang kepada Sjahrir, ia juga melaporkan tindakan para pemuda
menculik Bung Karno dan Bung Hatta. Mendengar laporan tersebut Sjahrir marah
terhadap sikap Bung Karno dan Bung Hata yang tetap bersikukuh menunda
proklamasi kemerdekaan, namun Sjahrir juga menyalahkan tindakan para pemuda
menculik kedua tokoh tersebut. Malam itu juga Sjahrir menyusun kekuatan rakyat
melalui kelompoknya diberbagai daerah termasuk Cirebon untuk memproklamirkan
kemerdekaan.
Akhirnya pada
tanggal 15 Agustus 1945 di Kota Cirebon, melalui Dr Soedarsono dibacakanlah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi tersebut terdiri dari tiga ratus
kata yang mengutarakan ketidaksukaan bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa
kolonial manapun juga. Proklamasi tersebut dibacakan oleh Dr Soedarsono di
Alun-alun Kejaksan di depan sekitar 150 orang yang sebagian besar anggota
Partai Nasional Indonesia Pendidikan.
|
||
Proklamasi Cirebon lahir dari semangat
para pemuda
|
Namun sayang,
proklamasi yang dibacakan oleh Dr Soedarsono itu kurang mendapat sambutan dari
rakyat, bahkan dari masyarakat Cirebon sendiri. Hal ini terjadi karena
proklamasi tersebut lahir dalam friksi ideologis di kalangan pemuda pergerakan
dan ketidak berdayaan Sjahrir untuk membujuk Bung Karno dan Bung Hatta
mempercepat proklamasi. Disamping itu juga pamor Bung Karno di mata rakyat
lebih kuat dibandingkan Sjahrir. Sehingga proklamasi di Cirebon tidak bergema
di seluruh nusantara.
Ada beberapa versi
mengenai proklamasi di Cirebon, pertama teks proklamasi sepanjang tiga ratus
kata tersebut adalah tulisan Sjahrir yang di faks kepada Dr Soedarsono, namun
versi lain menyebutkan bahwa teks tersebut adalah tulisan Dr Soedarsono
sendiri. Perbedaan versi ini terjadi karena teks proklamasi yang dibacakan
tersebut hilang entah kemana. Kedua, mengenai tempat dan waktu dibacakannya
proklamasi. Ada versi lain yang mengatakan bahwa Dr Soedarsono tidak
membacakannya di Alun-alun Kejaksan tapi dari tempat lain, dan proklamasi
tersebut tidak dibacakan pada tanggal 15 Agustus 1945, tetapi pada keesokan
harinya yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Hal ini mengingat kesibukan para
pemuda pergerakan pada tanggal 15 Agustus 1945.
Diantara banyak
versi mengenai proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan di Cirebon,
dibangunlah sebuah tugu berbentuk menyerupai pensil berwarna putih di dekat
Alun-alun Kejaksan. Untuk mengingatkan kita bahwa di kota udang ini pernah
terjadi suatu peristiwa bersejarah yang sangat berharga, yaitu dibacakannya
proklamasi kemerdekaan. (ysg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar